Karena aku hanya bayangan yang akan terasa jika ada cahaya
yang bersinar dengan terangnya.
Aku akan selalu disini, menemani. Walaupun kau—semua orang—tidak peduli...
.
.
.
Bayangan mengikuti cahaya.
Cahaya semakin terang dan bayangan akan semakin tampak
terlihat jelas. Begitupun sebaliknya. Saat cahaya menghilang, maka bayangan
akan ikut menghilang bersamanya. Bukankah artinya—
—kita terikat, kita
tak dapat dipisahkan?
Kita nyata. Ah, maksudku—cahaya
itu nyata. Karena kalau cahaya nyata, bayangan akan terasa nyata juga. Walaupun
tak jarang, bayangan hanya dianggap hiasan
semu cahaya.
Dianggap tak berarti?
Sebagai bayanganmu, aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Dianggap
semu bukan berarti tak memiliki arti, kan?
Eksistensiku di dunia ini—yang aku yakini dengan sepenuh
hati—pasti memiliki tujuan dan arti. Untuk itu, aku diciptakan dan ada disini.
Sedikit pun aku tidak terpikirkan untuk menjadi cahaya. Aku senang
seperti ini. Menjadi diriku apa adanya. Walaupun tipisnya keberadaanku, tapi
aku menyukainya.
Cahaya harus kuat. Dan
aku tidak seperti itu.
Aku mengagumi terangnya cahayamu. Berkatnya, aku ada.
Namun, ketika kau memutuskan untuk pergi dan meninggalkanku,
aku hanya bisa tersenyum. Aku tahu hari ini akan datang juga.
Menahan sakit yang terasa semu di tubuh ini tapi terasa sangat
nyata di relung hati. Suaraku tercekat. Tak mampu berkata. Walaupun aku mau
menyampaikan sesuatu padamu—
—maukah kau kembali suatu hari nanti dan menjadi cahayaku lagi?
__________________________________________________________________
Nyahaha~
Ini terinspirasi dari KnB. Terutama perasaan Kuroko Tetsuya sebagai mantan kekasih bayangan Aomine. Hiks...aku mengerti perasaanmu yang begitu rapuh, Kuroko!!! *plak*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar