Senpai...
Senpai masih ingat aku, kan?
Dulu kita sering bersama. Berbagi cerita setiap hari. Tertawa
bersama setiap saat. Bahkan suka dan duka kita rasakan bersama. Senpai ingat
itu, kan?
Senpai sedih, aku berusaha menghibur...
Senpai senang, aku turut senang...
Senpai marah, aku berusaha menenangkan...
Kita dekat. Sangat dekat. Senpai setuju, kan?
Aku selalu meluangkan waktuku untuk senpai. Karena senpai
sangat berharga bagiku.
Apa senpai juga memikirkan hal yang sama?
Tapi...
Sekarang senpai berubah...
Sekarang kita jarang bersama. Jarang berbagi cerita. Jarang lagi
tertawa bersama. Bahkan kita jarang bertemu.
Ada apa? Apa senpai marah padaku?
.
.
.
Aku sedih...
Aku marah...
Aku kecewa...
Padahal dulu senpai berwajah ramah padaku. Tapi kenapa
sekarang senpai dingin padaku? Senpai menjauh dariku. Senpai jahat...
Senpai hanya milikku...
Senpai tidak boleh pergi dariku...
Senpai terikat denganku...
Senpai milikku—
—selamanya...
Dengan berbagai macam
cara, aku akan membuat senpai kembali padaku...
.
.
.
Senpai~
Akhirnya kita bersama lagi~
Senpai senang, kan?
Eh?
Kenapa senpai hanya diam?
Apa senpai tidak suka?
Padahal cairan merah itu mengalir dari tubuh senpai saat aku
menebas dengan pisau ini dan menyatakan perasaanku pada senpai.
Merah itu tanda cinta, kan?
Senpai mengeluarkan cairan itu karena senpai cinta padaku
dan sayang padaku.
Iya, kan, senpai?
Aku senang senpai suka padaku!
Untuk sekarang dan selamanya—
—aku juga akan mencintai senpai...
_______________________________________________________________________
ALAMAK! APAAN INI?!
Saya ngerti kok. Fisika itu sulit! Tapi masa efek sampingnya bisa bikin orang nulis beginian?! Temanya yandere pula!!!
Pengen banget nangis pas ngerjain fisika dan disisi lain saya pengen nulis ide ini. Soalnya, ide ini tiba-tiba muncul dan nggak ilang-ilang =___=
Aku ga ngerti ._. maksudnya dia main bunuh-bunuhan gitu?
BalasHapusAraa, saya juga kurang ngerti .__. *kamu yang buat, woi!*
HapusUmm, biarkan imajinasi pembaca aja yang mengartikan XD /plak