Kamis, 31 Mei 2012

Thank You! *bows*

Arigatou... Isshoni sugoseta hibi o.
“Thank you... for the days we spent together.”

Arigatou... Anata ga watashi ni kureta subete.
“Thank you... for everything you have given me”
(Kokoro – Kagamine Rin)

"Please, don't forget about me..."


Aku ingat hari pertama saat aku mulai menginjak kelas 9. Waktu itu adalah hari Senin. Upacara pun digelar untuk menyambut tahun ajaran baru. Hari itu, aku benar-benar khawatir. Khawatir kalau aku nantinya tidak memiliki teman dan tidak dapat bergaul. Karena aku tergolong anak baru (aku baru pindah saat kelas 8 SMP), aku masih belum banyak kenal orang-orang. Aku pun masih meraba-raba untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.

Aku selalu pindah kota karena tuntutan pekerjaan orang tua. Kadang aku sering bercerita tentang kepindahanku pada orang-orang. Saat aku bercerita tentang diriku yang selalu pindah kota sekaligus sekolah, orang-orang pasti bilang ‘Ih, asyik banget! Kamu bisa punya banyak temennya, ya!’ ada juga yang bilang, ‘Banyak cowok ganteng nggak disana?’ atau ada juga yang bilang gini, ‘Saf, utang pulsamu belom dibayar.’

Mereka kira pindah-pindah bisa langsung dapet temen banyak gitu? Padahal, ada satu fase yang aku benci dari dulu saat mau pindah sekolah.

Yaitu, perkenalan.

Ironis memang. Sering pindah-pindah, tapi masih suka canggung waktu ketemu orang baru. Karena aku pikir, orang akan tertarik dengan kita kalau kita punya penampilan menarik saat hari pertama bertemu, saat hari pertama berkenalan. Walaupun dituntut harus menarik, bukan berarti kalian make baju badut waktu ke sekolah. Bukannya banyak orang yang tertarik sama kita, kita malah dijauhin sama orang dikira orang gila.

Saat upacara berakhir, aku langsung mencari kelas dengan namaku yang tertera disana. Aku terus berkeliling mencari namaku, berdesak-desakan dengan murid-murid lain yang juga penasaran akan masuk kelas mana nantinya. Ada yang senang saat mengetahui bahwa dirinya sekelas dengan sahabatnya, kecengannya atau mungkin bisa menghindari musuh bebuyutannya. Ada yang sedih karena harus berpisah dengan sahabatnya, kecengannya atau malah sekelas dengan musuh bebuyutannya. Ahaha, melihatnya saja sudah lumayan menghiburku. Tapi aku masih harus mencari dimana kelas yang akan aku tempati selama dua semester ke depan ini.

Aku masih sibuk melihat daftar nama. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah nama di sebuah kelas yang mencantumkan sebuah nama dengan indahnya. Nama tersebut adalah Safira Finaka.

Eh? Siapa tuh Safira Finaka?

Kok rasanya pernah kenal, ya?
.
.
.
.
.
Hening.
.
.
.
.
.
Mikir dulu bentar.
.
.
.
Tunggu. Itu kan namaku!!!
Ah, mungkin gara-gara liburan sekolah, otakku jadi rada melemot. Nama sendiri (dengan cacat penulisan yang nggak awesome) masa lupa. Pedulilah, yang penting dapet kelas. Melirik sebentar kertas itu, rupanya ini kelas 9F. Sebelum aku memutuskan untuk masuk ke kelas, aku melihat lagi daftar nama yang terpampang di depan tembok bercat kuning tersebut. Mencoba melihat daftar manusia-manusia yang akan menjadi rekanku untuk satu tahun ke depan ini.

‘Tiga puluh empat orang dalam satu kelas. Berarti sekitar tiga puluh tiga manusia akan manjadi teman seperjuanganku.’  Batinku dalam hati.

Setelah membaca daftar nama tersebut, aku pun langsung melengos masuk ke dalam kelas tanpa tahu kalau kelas itu nantinya hanya akan menampung tiga puluh satu siswa dengan kepribadian unik, langka dan bermacam-macam.

_______________________________________________________________________ 

Aku mengedarkan pandangan ke setiap sudut kelas. Suasana yang asing. Orang-orangnya juga asing. Ngomong-ngomong, kenapa disini bau pesing?

Kekhawatiran yang sempat aku pikirkan saat upacara, terngiang lagi di pikiranku. Gimana nanti kalau aku nggak dapet temen sampai lulus? Nanti kalau mau nyontek, aku nyontek siapa? Terus, kalau aku laper, mau minta makanan sama siapa? Pertanyaan aneh itu terus bermunculan, sampai akhirnya kekhawatiranku pun memudar saat melihat salah satu teman karibku saat kelas 8 dulu, Sera.

Yay! Lumayan, ada temen!

Aku melihat kursi di sebelah Sera kosong. Mungkin dia belum dapet temen sebangku, pikirku. Dia pun melihatku yang dari tadi celingak-celinguk kayak cecunguk di depan kelas.

“Saf, kamu disini juga! Sini, duduk di sebelah aku aja!” Sera menepuk-nepuk bangku kosong yang ada di sebelah kanannya. Bukan, bukan bangku kosong yang ada di film horor itu.

“Ehehe, iya.” Aku berjalan menuju bangku yang ditepuk-tepuk oleh Sera.

Aku duduk sambil meletakan tas gendongku.

“Kita sekelas lagi, ya? Sebangku lagi malah.” kataku membuka pembicaraan. Sempat terdengar nada bicara yang lega dari kalimatku tadi.

“Iya. Kebetulan banget, ya.” Jawabnya sambil tersenyum.

Kami pun berbincang-bincang. Cuma perbincangan ringan antara teman lama. Tentang Sera yang sedih karena kecengannya nggak bisa satu kelas sama dia. Waktu itu aku nggak tau siapa kecengan dia. Justin Bieber mungkin. Tapi setelah dipikir-pikir, ngapain juga Justin Bieber merantau ke Bandung. Mau jualan gorengankah? Atau mau ngegantiin Sule jadi wayang di OVJ? Mengingat wajah mereka berdua mirip.
Dia juga cerita kalau dia seneng karena bisa sekelas lagi sama aku dan nggak sekelas sama musuh bebuyutannya. Ahaha, alasan klasik seperti yang aku cantumkan di atas.

Pembicaraan ringan kami pun berakhir karena bel pulang sudah berbunyi. Kata Sera, hari ini jadwalny hanya penempatan kelas aja. Jadi, setelah selesai boleh pulang.

Aku pun menggendong lagi tas punggung hitamku untuk meninggalkan kelas ini dan beranjak pulang ke rumahku yang tidak terlalu jauh dari sekolah.

Saat hendak berjalan menuju gerbang sekolah, aku menghentikan langkah sejenak sambil mendongakkan kepala ke atas langit.

‘Cerita baru akan dimulai dari hari ini.’

Dari jauh pun aku melihat temanku, Ammi. Sama seperti Sera, Ammi juga teman lamaku dari kelas 8. Kami memang sering berjalan pulang bersama karena kebetulan kami tinggal di komplek perumahan yang sama.

“Saf, pulang bareng, yuk!” ajaknya.

Aku pun mengangguk, mengiyakan ajakannya.

“Ayo!”

_______________________________________________________________________


Perlahan-lahan, cerita di kelas 9F pun mulai tercipta.

Dimulai dari dipindahkannya 2 murid ke kelas lain yang berimbas pada jumlah siswa yang menjadi 32 orang.

Kasus 2 orang murid yang sudah berbulan-bulan tidak masuk ke sekolah, satu diantaranya keluar dari sekolah. Siswa di kelas 9F berkurang lagi menjadi 31 orang.

Kisah cinta yang bersemi dan tidak diduga-duga. Dimulai secara tak sengaja dengan kedok ngusilin tiap hari.

Perpecahan dan permusuhan.

Tugas-tugas yang kalau ditumpuk bisa menjulang seperti gunung besar dan dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan pesawat seperti Sukhoi.

Guru-guru yang dapat meramaikan suasana di kelas.

Pindah kelas karena kelas yang lama sedang direnovasi. 

Percobaan bikin tempe, yogurt, dan tape.

Bolos saat pemantapan.

Berkumpul di meja Sera untuk makan bekal bersama.

Beberapa orang yang merubah penampilan dengan memakai jilbab untuk menutupi auratnya.

Try Out bersama untuk melatih kita yang hendak menghadapi ujian kelulusan sekolah.

Pergi ke Jogja bersama.

Dan masih banyak lagi.

Cerita itu akan terkenang. Cerita itu akan selalu diingat. Cerita itu akan membuat kita tersenyum karena kelakuan kita dulu yang absurd luar biasa. Cerita itu akan menjadi bukti nyata saat kita dewasa.

Waktu akan terus berjalan. Kita tidak dapat melihat masa depan. Bahkan aku pun tidak menyadari akan menulis ini saat pertama kali menginjakan kaki di kelas 9F. Kini kita akan melangkah pergi meninggalkan sekolah dan kelas yang menjadi latar tempat cerita kita. Memilih jalan yang berbeda satu sama lain dan tidak akan lagi bertemu dengan rekan-rekan kita sekarang. Atau mungkin jika takdir mengizinkan, kita akan bertemu lagi di sekolah kita yang baru.

Tidak akan ada lagi orang yang suka bergaya ala banci seperti Adi.

Tidak akan ada lagi cewek jago beladiri seperti Abel.

Tidak akan ada lagi orang yang suka telat dengan tampang watados seperti Alvian.

Tidak akan ada lagi wajah dengan pipi bakpao seperti punya Afit.

Tidak akan ada lagi yang malu-malu buat maju ke depan kelas seperti Ayu Sinta.

Tidak akan ada lagi yang ramah seperti Desi Amelia.

Tidak akan ada lagi orang yang pintar, baik hati dan jago matematikanya seperti Desy Hadianita.

Tidak akan ada lagi si anggota pramuka yang ramah seperti Dony.

Tidak akan ada lagi ketua kelas dengan sifat kebapakannya seperti Fikri.

Tidak akan ada lagi orang yang cantik seperti malaikat dan nggak kamseupay seperti Iin. (Maafkan hamba yang telah menulis ini, Ya Allah)

Tidak akan ada lagi partner Alvian dalam hal telat masuk sekolah seperti Irsad.

Tidak akan ada lagi cewek modis seperti Juan.

Tidak akan ada lagi yang nagihin uang kelas dan cantik seperti Lely.

Tidak akan ada lagi yang mesumnya selangit seperti Anwar.

Tidak akan ada lagi cinta yang tak terbalas seperti yang dirasakan Hadiyan.

Tidak akan ada lagi cowok ramah seperti Taufik.

Tidak akan ada lagi yang pintar dan selalu bersaing soal nilai pelajaran dengan Desy seperti Nurla.

Tidak akan ada lagi kata-kata ‘What’s Wrong?’ dari Ipat.

Tidak akan ada lagi cewek yang takut sama benda tajam seperti Dita.

Tidak akan ada lagi cowok pemalu tapi cerdas seperti Rega.

Tidak akan ada lagi temen makan bekal makanan bareng seperti Retyan.

Tidak akan ada lagi kegiatan dance Korea di depan kelas seperti yang selalu dilakukan Rusydah.

Tidak akan ada lagi partner dance Rusydah seperti Selly.

Tidak akan ada lagi yang cerewet seperti Sera.

Tidak akan ada lagi cewek yang pintar nari jaipong seperti Siti Mariam.

Tidak akan ada lagi cewek yang selalu tersenyum seperti Siva.

Tidak akan ada lagi cowok yang ngomong dengan huruf S-nya cadel seperti Wahyu.

Tidak akan ada lagi cowok usil seperti Yoman.

Tidak akan ada lagi cewek yang selalu galau seperti Yusti.

Tidak akan ada lagi wali kelas yang rame seperti Pak Hutnal.

Layaknya seperti panggung pertunjukan yang megah. Dengan kita diibaratkan sebagai aktor yang menjalankan sebuah kisah yang pantas untuk kita kenang. Kita bermain untuk membentuk kisah dan merangkainya menjadi indah. Menikmati babak-babak drama yang telah disusun oleh sang Maha Pencipta. Namun, ada kalanya tirai panggung akan turun dan membuat kisah kita harus berakhir. Setelah kisah itu selesai, mau tidak mau kita harus mencari panggung yang baru dengan kisah baru yang harus kita lakoni dan memainkan kisah itu dengan para pemain atau aktor yang baru pula.

Sebelum kita menemukan panggung baru tersebut. Aku ingin mengucapkan sesuatu. Aku memang tidak pintar menulis rangkaian kata-kata indah. Tapi aku ingin mengatakan,

terima kasih, kawan. Semoga, suatu saat kita dapat bertemu lagi.

Minggu, 13 Mei 2012

Hetalia Character Song~

Well, sebenernya saya mau update tentang tour saya ke Jogja. Tapi karena males, saya update tentang Hetalia Chara Song aja ya! *wink*


Mungkin ada yang belum tau kalau Hetalia sekarang lagi gencar-gencarnya ngeluarin chara song atau mungkin udah pada tau tapi nggak tau mau download dimana.
Hehe, sekarang saya berbaik hati mau kasih link download-nya~
Langsung aja, oke~


Character Song Vol.1: Hong Kong
(Release: February 15th 2012)
Download: 4sharedaudio.isg.si


Character Song Vol.2: Taiwan
(Release: March 15th 2012)
Download: 4sharedMediafire (Password: kanpai)
Lyrics: Poi Poi Poi


Character Song Vol.3: Seychelles
(Release: April 16th 2012)
Download: 4sharedMediafire (Password: kanpai)


Character Song Vol.4: Canada with Kumajiro
(Release: May 15th 2012)

Selasa, 01 Mei 2012

UN Telah Berlalu~

Ahahahaha~ Akhirnya bebas juga Onion Icons
UN sudah berlaluuuuuuu~ #malahnyanyi

Halo~ Kembali lagi sama saya yang lagi senang karena UN sudah berlaluuuuu~ #nyanyilagi
Akhirnya, ujian terberat untuk kelas 9 sudah saya lalui~

Tapi saya masih deg-deg-an karena nilai UN-nya keluar bulan Juni nanti Onion Emoticon
Masih lama memang, tapi yang penting UN sudah berlaluuuuu~ #dilemparbata

Oh, ya! Senin, tanggal 7 Mei nanti saya ada karya wisata ke Yogyakarta, lho~
Rencananya saya 3 hari disana. Berangkatnya Senin malam, pulangnya Rabu malem~

Sekian update-an dari saya~
Insya Allah setelah dari Yogya, saya update lagi~

Dadaaaaaaah~